Cinta kawan yang tak sepadan
Cinta guru yang tak berujung
Cinta Ibu bapak tak berbalas, diberikan sepanjang jalan
Cinta Rosul bagaikan air mengalir kepada umatnya
Cinta Allah sebuah misteri bagi setiap hamba-hambaNya
(sebuah potongan lagu nasyid)
Ah lagi-lagi cinta, ya memang berbicara tentang cinta seakan tidak akan berujung selalu seru selalu rame, kaga ada matinyee deh kalau udah ngobrolin topik yang satu ini. Bahkan filmnya pun selalu rame kalau temanya tentang cinta, sebut saja ada Romeo Juliet, Titanic, sampai Habibie-Ainun, adalah beberapa contoh film perjalanan kisah cinta. Pertanyannya apakah cinta hanya bercerita tentang kisah perjalanan sepasang manusia, laki-laki dan perempuan yang saling tertarik kemudian happy ending ataukah sad ending dengan segala lika-likunya?
Nah sekarang coba kita simak kisah cinta yang ini, sebuah potongan video yang saya lihat saat mengikuti sebuah seminar.
Di halaman salah satu rumah, ada sepasang manusia duduk dibangku taman yang dikelilingi oleh rerimbunan pohon, hijau meneduhkan dengan rumput yang rapi terawat. Sepasang manusia tersebut adalah ayah anak yang sedang bersantai menikmati udara segar, sang ayah sudah terlihat garis-garis kulitnya mengeriput yang menandakan usianya sudah tidak muda lagi. Disampingnya putra tercinta sedang membaca koran dengan fokus tingkat tinggi.
Tidak berapa lama ada seekor burung hinggap diantara rerimbunan daun disamping kanan sang ayah. Sang ayah kemudian bertanya kepada putranya “Apa itu?” sang anak menjawab dengan tetap pandangan fokus dengan bacaannya “Itu Burung”.
Kemudian ada seekor burung lagi yang terbang dipucuk dahan, sang Ayah kembali bertanya “Apa itu?” kembali sang anak menjawab “Itu burung, ayah” dengan nada agak kesal.
Eh tiba-tiba ada burung yang berjalan dengan lucunya diatas rumput, sang Ayah kembali bertanya kepada putra tercintanya “Apa itu?”. Putranya yang yang sudah kesal mendengar pertanyaan yang sama segera melipat kertasnya, matanya tajam menatap wajah sang ayah “Itu adalah burung, ayah" dengan nada meninggi “sudah kubilang berkali-kali bahwa itu adalah burung, B-U-R-U-N-G, kenapa ayah masih bertanya-tanya terus?”.
Mendengar jawaban putra tercinta, sang Ayah hanya menatap wajahnya dengan kasih, tidak ada kemarahan, kemudian tanpa mengucap sepatah kata membalikan badan masuk kedalam rumah. Sang Anak hanya melihat ayahnya masuk, kemudian kembali duduk dan melanjutkan membaca. Ternyata sang ayah kembali, ditangannya ada sebuah buku diari yang kemudian diserahkan kepada putranya.
“Bacalah” pinta sang ayah.
Tertulis pada diary itu “Hari ini aku menemani putra tercintaku yang berusia 3 tahun bermain di taman, bahagia rasanya. Dan taukah ia setiap ada burung yang terbang hinggap di dahan, dirumput, putraku akan berseru riang “Apa itu?” dan aku menjawab dengan tak kalah bahagianya “itu burung, nak” sambil memeluknya, begitu sampai 25 kali pertanyaan yang sama, dan akupun selalu menjawab dengan antusias menyusul satu pelukan setiap selesai menjawab. Bahagianya saat bisa menemani putraku bermain".
Sang anak yang membaca diari ayahnya diam terpaku, matanya berkaca dan tanpa mengucap sepatah katapun dia segera menghambur memeluk ayahnya.
Percaya ga percaya saya nangis melihat potongan video tersebut, terbayang masih banyak yang belum saya lakukan untuk membahagiakan kedua orang tua saya, bahkan sekedar menemani mereka menikmati sore, atau mendengar cerita-ceritanya. Maafkan Ibu Ayah, anakmu belum menjadi anak yang berbakti, hanya do’a setiap selesai sholat yang baru bisa kupersembahkan.
“Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani soghiroo”
Seperti potongan syair nasyid diatas, cinta kasih kalian memang takkan mungkin bisa kubalas, dengan apapun.
Yuuk Anak Hebat, lebih mencintai orang tua kita dengan cara yang hebat, salah satunya dengan membahagiakan mereka dengan karya-karya hebat kita..
Salam Ukhuwah penuh Cintaa ^_^
No comments:
Post a Comment