Social Icons

Apr 30, 2013

Training Motivasi UN bersama SD Imam Bukhari

Kali ini team AHa bertemu dengan Anak-Anak Hebat yang berasal dari SD Imam Bukhari kelas 6. Fantastic spirit of UN adalah kegiatan untuk membangkitkan motivasi agar anak-anak lebih rileks dalam menghadapi UN, bahkan hasilnya lebih optimal.

Dengan tema ”Saya yakin bisa Raih Nilai UN 10” team AHa membakar semangat adik-adik SD Imam Bukhari. Simulasi mematahkan pensil mengajak adik untuk membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini. Tinggal sejauh mana keyakinan kita. 

Adik-adik sangat antusias dengan pensil masing-masing, ada yang berhasil, bahkan ada yang merasa sangat susah ^_^, simulasi selanjutnya adalah outbound meraih mimpi, ajang bersungguh sungguh dalam mencapai cita-cita yang tentunya akan ada halangan dan rintangan. 

Untuk semakin mengokohkan tekad, adik-adik kita untuk melakukan deklarasi, afirmasi bahwa nila 10 insya Allah yakin pasti bisa…. Yakiiiiin ? 

Deklarasi UN: 

“Bismillah saya, tahun 2013 UN 
Matematika 10, bisaaa!” 

Saya bisa! 

Saya biasa!

Saya mau!

Saya mampu!

Acara ditutup dengan do’a, semoga Allah memudahkan segala ikhtiar kita, aaminn. Dilanjutkan dengan memohon restu dari orang tua, karena Ridha Allah adalah Ridha orang tua.. 

Selamat berjuang adik-adik SD Imam Bukhari, semangaaat ^_^


Apr 26, 2013

Kisah Inspiratif: Kakek Penjual Amplop di ITB

Kisah nyata ini ditulis oleh seorang dosen ITB bernama Rinaldi Munir mengenai seorang kakek yang tidak gentar berjuang untuk hidup dengan mencari nafkah dari hasil berjualan amplop di Masjid Salman ITB. Jaman sekarang amplop bukanlah sesuatu yang sangat dibutuhkan, tidak jarang kakek ini tidak laku jualannya dan pulang dengan tangan hampa. Mari kita simak kisah Kakek Penjual Amplop di ITB.

Kakek Penjual Amplop di ITB

Kisah Inspiratif: Kakek Penjual Amplop di ITB

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang Kakek tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun Kakek itu tetap menjual amplop. Mungkin Kakek itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran Kakek tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran Kakek tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat Kakek tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu Kakek itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri Kakek tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkus plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi Kakek tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Kakek itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Kakek itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Kakek cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si Kakek tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, Kakek tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat Kakek tua itu untuk membeli makan siang. Si Kakek tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “Kakek-Kakek tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si Kakek tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya Kakek tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si Kakek tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si Kakek tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si Kakek tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si Kakek tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Mari kita bersyukur telah diberikan kemampuan dan nikmat yang lebih daripada kakek ini. Tentu saja syukur ini akan jadi sekedar basa-basi bila tanpa tindakan nyata. Mari kita bersedekah lebih banyak kepada orang-orang yang diberikan kemampuan ekonomi lemah. Allah akan membalas setiap sedekah kita, amiin.

Apr 23, 2013

Manfaat Penting Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Perkembangan Anak

Disamping kegiatan belajar di dalam ruangan kelas, ada satu kegiatan yang tak kalah pentingnya bagi perkembangan anak, yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang dilaksanakan seusai kegiatan sekolah ini tidak hanya membantu anak dalam mendapatkan pembelajaran yang lebih baik, namun juga memberikan perkembangan pada diri anak


Ada banyak aspek-aspek positif yang bisa diperoleh anak dalam kegiatan ekstrakurikuler yang belum tentu mereka dapatkan selama belajar di kelas. Berikut adalah beberapa manfaat penting kegiatan ekstrakurikuler terhadap perkembangan anak. 

  • Berpartisipasi dalam kegiatan lain setelah sekolah dapat membantu anak menentukan prioritas dan membagi waktu antara pekerjaan rumah, tugas sekolah, dan kegiatan lain di luar rumah. 
  • Jika anak menyukai kegiatan ekstrakurikuler tertentu, misalnya basket, mereka pastinya menyadari bahwa memerlukan komitmen dan kedisiplinan yang kuat untuk menguasainya. Disini mereka akan belajar untuk menentukan tujuan dan lebih disiplin. 
  • Sikap keingin-tahuan anak terhadap hal-hal baru akan mendorong mereka untuk lebih bereksplorasi, mencoba tantangan baru, mendapat teman baru, dan membangun kepercayaan diri
  • Diluar kelas biasanya anak akan lebih mudah mengekspresikan sisi emosionalnya. Hal ini akan memberikan kesenangan dari diri si anak yang akan dapat menyeimbangkan otak kiri dan otak kanannya. 
  • Berhubungan dengan orang-orang dalam satu klub ekstrakurikuler akan membantu nak mengasah keterampilan kepemimpinan, inisiatif, dan perencanaan. 
  • Jenny Edmonds di Murdoch University School of Psychology mengatakan kegiatan ekstrakurikuler penting untuk sosialisasi. “Anak-anak belajar untuk menguasasi keterampilan formal seperti berhubungan dengan temannya, bermain baik secara individu maupun kerjasama tim. Ini tentunya akan membantu anak menghadapi kehidupan dan menyesuaikan dalam kehidupan orang dewasa nantinya. 
  • Ikut ambil bagian dalam komunitas dapat meningkatkan harga diri anak, kebahagiaan dan mengajarkan anak akan nilai-nilai yang ada dalam komunitas tersebut. Ini penting bagi kesiapan anak pada saat terjun dalam kehidupan bermasyarakat nanti. 

Masih banyak manfaat-manfaat penting lainnya dari kegiatan ekstrakurikuler bagi perkembangan anak. Namun setidaknya, semoga informasi singkat ini bermanfaat bagi para orang tua dalam proses pendidikan anak-anaknya.

Apr 19, 2013

Kenakalan Remaja = Kenakalan Orang Tua

Nakal artinya suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu dsb, terutama bagi anak-anak). Juga berarti buruk kelakuan. Kenakalan adalah kata sifat dari nakal atau perbuatan nakal. Bisa juga berarti tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma yang berlaku di masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2003, hlm. 772)

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.

Baiklah sebelum membahas lebih jauh tentang kenakalan remaja kita harus tahu definisinya terlebih dahulu.

Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".

Menurut Santrock "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Ada beberapa jenis kenakalan remaja diantaranya:
  1. Penyalahgunaan narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang)
  2. Seks bebas (Free sex)
  3. Tawuran antara pelajar
  4. Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:
Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Teman sebaya yang kurang baik
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.


Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja

  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

KENAKALAN ORANG TUA

Kita mungkin bosan apabila selalu membicarakan kenakalan remaja dan anak-anak. Tapi, kita jarang dengar dan membicarakan kenakalan orangtua. Padahal, kalau mau dirunut lumayan banyak juga lho kenakalan orang tua yang memang sangat berpengaruh kepada kehidupan kita. Kenakalan orangtua ini bisa diperluas bukan hanya orangtua di rumah alias keluarga kita. Tapi orangtua di masyarakat seperti guru-guru di sekolah, orang-orang dewasa di lingkungan sekitar, orang-orang dewasa yang bisa kita lihat tampilan wajah dan aksinya di televisi, orang-orang dewasa yang saban hari kita temui di sekolah kehidupan kita, termasuk dalam hal ini adalah para ortu yang menjadi pejabat di negeri ini.

Bukan maksud untuk mengejek orang tua kita. Ini sekadar renungan aja, betapa kita suka lupa bahwa kenakalan remaja tidak bisa lepas dari teladan yang sudah ada, kalau kita membicarakan kenakalan remaja sampai berbusa-busa atau menulis sampai berlembar-lembar lengkap dengan taburan faktanya, maka tidak ada salahnya juga apabila kita sedikit membahas kenakalan orangtua, sebagai bahan renungan bagi kita semua. Ya, semoga saja kita juga jadi bisa mengingatkan para ortu yang mau tidak mau memang sudah dan akan mewarnai kehidupan anak2nya saat ini. Ortu di rumah, ortu di masyarakat, dan tentunya ortu yang bertugas sebagai pengurus negara dan rakyat. Semua itu adalah ortu kita yang seharusnya menjadi teladan yang baik buat kita dalam menjalani kehidupan ini.

Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga

Setidaknya ada dua poin yang bisa disebut sebagai kenakalan orangtua secara umum.
Pertama, soal akhlak. Wallahu’alam, apakah karena terlalu sibuk atau tidak mengerti harus berbuat, banyak ortu di rumah yang abai dalam soal akhlak Islam yang baik ini. Padahal, anak akan belajar pertama kali dari cara ortu, karena begitu dekatnya jarak antara anak dengan ortu. akhlak ini adalah sifat yang harus dimiliki setiap muslim, Menurut Muhammad Husain Abdullah, dalam kitabnya, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm 100, disebutkan bahwa secara bahasa akhlak berasal dari kata al-khuluq yang berarti kebiasaan (as-sajiyah) dan tabiat (at-thab’u). Sedangkan menurut istilah (makna syara’) akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala dia melaksanakan berbagai aktivitas—seperti ibadah, muamalah, dan lain sebagainya. Tentu, jika semua aktivitas itu ia lakukan secara benar sesuai tuntunan syariat Islam.

Nah, para orang tua sebagian besar belum mengerti soal ini. faktanya ada yang begitu. Contoh di daerah perkampungan, ada orangtua yang suka ikut memprovokasi anaknya untuk bertengkar dengan temannya. Kata-kata penyemangat yang sebenarnya lebih terasa hasutan dihembuskan, “Kamu jangan mau kalah sama dia. Lawan!”, misalnya. Akibatnya, memang anak-anak di satu keluarga itu akhirnya jadi sombong dan angkuh apabila bergaul, juga kerap berbuat onar karena merasa ada legalitas secara tidak tertulis dari ortunya itu.

Kedua, mengabaikan pelaksanaan syariat. Urusan sholat seringkali jadi masalah. Pelaksanaan syariat untuk individu ini acapkali diabaikan. Kalo ortunya aja sholatnya sesukanya, atau bahkan nggak sama sekali, akan menimbulkan dampak bagi anak. Apalagi jika menyuruh atau mengingatkan anaknya saja untuk sholat nggak pernah. Wah, mungkin nggak adil juga kalo di kemudian hari nyalahin anak yang nggak sholat. Wong, orangtuanya aja nggak sholat dan nggak membimbing anaknya untuk sholat.

Pengetahuan dalam hal pelaksanaan syariat untuk individu saja, khususnya berpakaian, seringkali terabaikan oleh para orangtua. Kenakalan ortu yang (mungkin saja) tidak disengaja ini bisa membentuk karakter kita dan sudut pandang kita dalam melihat berbagai masalah. Wajar dong kalo kemudian banyak di antara temen cewek kita yang sulit dikasih tahu tentang wajibnya berjilbab kalo keluar rumah atau ada orang asing (bukan mahram) yang berkunjung ke rumahnya. Karena merasa berkerudung en berjilbab tuh kalo mo ke tempat pengajian aja. Seperti yang dicontohkan ortunya. Ini baru soal sholat dan berbusana lho (dan kebetulan memang ini yang lebih menonjol masalahnya). Kayaknya masih banyak deh pelaksanaan syariat Islam yang belum dibiasakan di tengah keluarga oleh para orangtua.

Kenakalan orangtua di masyarakat

Kita perlu tahu juga soal kenakalan ortu di masyarakat.
Pertama, menciptakan suasana yang nggak produktif. Hmm... kayaknya udah jadi rahasia umum, untuk bapak-bapak kalau mereka sudah kumpul pasti ada aja yang dilakukan yang deket-deket dengan sikap malas. Bapak-bapak apabila mereka berdua, selain ngobrol bisa juga main catur. Kalo berempat, malah ada kemungkinan main gaple. Seringnya sih begitu. Terutama kalo malam hari sambil nemani yang ronda Main catur dan main gaple ada yang bilang boleh-boleh aja kalo nggak pake duit alias judi. Cuma nggak muru’ah aja. Nggak menjaga kehormatan diri, Maklumlah, orang yang kerjanya cuma gaple aja tiap malam dicap orang pangedulan alias tukang malas. Apalagi kalo main catur or gaple itu dilakukan pagi hari di hari kerja, atau siang hari di hari kerja, kayaknya nggak enak banget dilihat deh. Kesan yang muncul kan jadinya memelihara kemalasan. Belum lagi kalo ibu-ibu. Baik mereka berdua, bertiga, berempat, bahkan rame-rame di forum arisan, tetep aja yang dilakukan adalah ngegosip. Ini umumnya

Kedua, menyediakan sarana kemaksiatan. Pemilik pabrik narkoba rata-rata ya orangtua. Mereka yang jadi bandar besar kebanyakan para orangtua. Nah, yang mengkonsumsi narkobanya, selain orang dewasa, ada juga yang remaja. Wah, bukannya ngasih pelajaran yang baik, malah menjerumuskan remaja demi keuntungan dan kepuasan materi yang ingin diraih para pengusaha barang haram itu. Orangtua di masyarakat yang kayak gini, jelas nakal dan jahat.

Selain narkoba, kita juga udah tahu kalau judi kini sudah membudaya. Mulai dari judi togel, sabung ayam, pacuan kuda, taruhan di pertandingan sepakbola, gaple yang pake duit, rolet, dan casino, sampe judi via fasilitas pengiriman SMS untuk mendukung kontestan pilihannya di ajang pencarian bakat tertentu di televisi. Ternyata mereka malah memfasilitasi sarana kemaksiatan dan tentunya mencontohkan kenakalan.

Bukan hanya narkoba dan judi, ortu di masyarakat juga malah menyediakan tempat hiburan seperti diskotik. Bukan berburuk sangka, tapi kenyataan umum yang namanya diskotik tuh identik banget dengan tempat hura-hura, tempat mangkalnya orang-orang nakal, tempat transaksi narkoba, transaksi pelacuran, dan aktivitas maksiat lainnya. Pelakunya, banyak juga yang remaja.

Ketiga, pendidik yang abai. Sekolah dan kampus boleh dibilang seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar bagi kita. Namun, seringkali tak seperti tujuan awalnya. Memang, tidak semuanya jelek. Tapi, kita bicara umumnya. Misalnya, ada oknum guru yang mengajarkan asusila kepada murid-muridnya. Faktanya, kalau sempat baca-baca berita ada oknum guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya. yang begini ini bisa memicu kenakalan anak didiknya. Semoga tidak banyak ortu di masyarakat yang seperti ini.

Akhirnya baik remaja atau orang tua adalah sama-sama manusia yang tidak luput dari khilaf dan dosa,amiiin.. semoga artikel ini bermanfaat bagi semua….

Apr 16, 2013

Kekurangan Bukanlah Penghalang Untuk Meraih Kesuksesan


"Pengembangan dimulai pada saat kita mulai menerima kekurangan kita"
Jean Vanier

Hai Anak Hebat! Menurut kamu apa yang mau coba saya sampaikan melalui foto diatas? Foto tersebut diambil pada kegiatan Unspoken Talent Night. Ajang unjuk kreatifitas dan kemampuan yang pesertanya adalah anak-anak dan remaja yang mengalami keterbelakangan mental dan cacat fisik.

Melalui foto-foto tersebut saya ingin menegaskan bahwa kekurangan bukanlah penghalang meraih sukses. Banyak orang yang cacat, tetapi mereka berhasil membuktikan bahwa kekurangan bukanlah penghalang untuk sukses.

Jangan batasi pikiran dan kemampuan Anda dengan kekurangan diri. Bila kita melangkah dan berusaha disertai iman kepada Allah, percayalah bahwa tak ada yang tak mungkin.

Anak Hebat, tidak ada yang tidak mungkin sepanjang kita ada kemauan dan berusaha, penuh ketekunan dan pantang menyerah dalam mencapai mimpi!

Artikel terkait : Tetap Berprestasi Meskipun Tak Punya Kaki

Apr 9, 2013

Hati-Hati Dengan Komentar Negatif

Anak Hebat, percaya tidak kalo saya katakan otak kamu mempunyai potensi yang sama hebatnya dengan otak Albert Einstein? Percaya atau tidak, ada bukti fisik dan ilmiah yang mengungkapkan kekuatan otak kamu yang tak terbatas.

Tentunya kamu masih ingat saat berusia sekitar dua tahun, kamu mulai berkomunikasi dengan bahasa, keterampilan yang kamu pelajari tanpa buku tata bahasa, sekolah, atau ujian. Pada usia enam atau tujuh tahun, kamu menjalani apa yang oleh para pakar pendidikan dianggap sebagai tugas belajar tersulit yang dapat dilakukan oleh manusia, yaitu belajar membaca. Tapi lagi-lagi, kami dapat melakukan semua ini berkat kekuatan luat biasa kamu.

Semua potensi kecerdasan otak kamu terus berkembang hingga pada suatu hari kamu duduk di dalam kelas kemudian guru kamu berkata, "Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?" Kamu mengacungkan tangan tinggi-tinggi dan dengan bersemangat menjawab pertanyaan sang guru. Lalu kamu mendengar beberapa teman-teman tertawa dan guru berkata, "Tidak. Itu salah. Saya heran kenapa kamu bisa menjawab seperti itu!"

Kamu merasa malu sekali di hadapan teman-teman dan guru, yang merupakan salah seorang tokoh penting dalam hidup kamu pada saat itu. Keyakinan kamu mulai goyah. Dan benih-benih keraguan mulai tertanam dalam jiwamu.

Bagi banyak orang, inilah awal terbentuknya citra negatif diri. Sejak saat itu, kamu merasa belajar merupakan tugas yang sangat berat. Hingga pada akhirnya kamu mulai mengurangi resiko sedikit demi sedikit.

Pada tahun 1982, Jack Canfield menemukan bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau dukungan. Komentar negatif yang kontinyu bisa menjadi sesuatu yang berbahaya.

Anak Hebat, carilah lingkungan yang benar-benar mendukung proses belajar kamu. Bergaullah dengan orang-orang yang selalu menjaga pikiran dan perasaan positif. Setiap orang punya potensi untuk sukses. Hindarilah faktor-faktor individu dan lingkungan yang akan menghambat proses belajar dan pembentukan jati diri kamu yang sesungguhnya.

Motivator Indonesia, Imam Munadi, mengatakan, "We become what we think about". Oleh karena itu, selalu jaga pikiran positif. Jaga selalu semangat untuk meraih kesuksesan. Insya Allah, itulah yang akan terjadi pada diri kamu.

Salam Sejuta Motivasi!

Apr 5, 2013

Kenali Potensi Terbaik Anak Anda Sejak Dini

Kenali Potensi Terbaik Anak Anda Sejak Dini
Setiap orang tua mengharapkan putra putrinya menjadi anak – anak juara. Hal apapun akan dilakukan dan uang seberapa banyak pun akan diinvestasikan agar anaknya tumbuh berkembang potensinya dan menghasilkan prestasi – prestasi yang besar. Tapi kemudian pertanyaan kami adalah potensi seperti apa yang dikembangkan tersebut? Sudah tahukah persis orang tua tentang prestasi anaknya tersebut?

Kebanyakan orang tua atau bahkan sekolah tidak memiliki “peta” mengenai apa sejatinya potensi putra putrinya sehingga yang dilakukan pada akhirnya adalah “menggeneralisasi” kemampuan anaknya seperti kebanyakaan anak-anak lainnya. Anak – anaknya dituntut untuk memiliki kemampuan akademis yang baik, jadi juara matematika, juara kelas dan sebagainya padahal belum tentu potensi menonjolnya ada di area tersebut. Orang tua pun menginvestasikan uangnya lebih banyak di berbagai area karena semua area dicoba. Sehingga uang keluar banyak tapi hasil tidak maksimal.

Efek lain yang terjadi kemudian adalah anak “stress” dan “mogok” menjalani proses yang diarahkan orang tuanya dan yang paling parah adalah tidak “menjadikan” anak siapa-siapa.

Memotret Potensi Terbaik Anak Melalui Sidik Jari

STIFIn Tes Mesin-Kecerdasan
AHa Self Inspiration Center menyelenggarakan program tes potensi & kecerdasan melalui sidik jari. Tes ini memanfaatkan alat tes mesin kecerdasan STIFIn Fingerprint. STIFIn Fingerprint diperkenalkan oleh Farid Poniman dengan mengkompilasikan berbagai teori psikologi, neuroscience dan SDM. Prinsip besarnya adalah mengacu pada konsep kecerdasan tunggal C.G Jung. Sedari usia 3 tahun dapat melakukan tes ini dan ketika diulang maka hasilnya akan sama (reliabilitas tinggi).

Hasil dari tes ini akan menggolongkan peserta tes dalam tipe mesin kecerdasan dan tipe kebribadiannya. Yang dimaksud dengan mesin kecerdasan adalah belahan otak yang dominan yang mengoperasikan kerja system otak secara maksimal.

STIFIn Fingerprint adalah tes yang akan menjadikan orang tua, guru, ataupun institusi pendidikan memili “peta” potensi anak dan arah jalur pendidikan yang sesuai dengan tipe potensi mesin kecerdasan yang dominan di otaknya.

Sehingga nantinya anak akan mudah kita arahkan untuk memperoleh prestasi yang baik di sekolah dan yang terlebih penting menjadikan dia menjadi ANAK –ANAK JUARA yang paling hebat di area potensinya masing – masing.

Penyelenggaraan tes bisa dilakukan di Kantor AHa atau dapat juga dilakukan di sekolah/instansi yang bersangkutan. Tes dilakukan dalam waktu kurang dari satu menit dan hasilnya dapat ketahui sekitar 10 menit kemudian. Untuk kelas konsultasi dapat dilakukan dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak.

Apr 4, 2013

Aku Bisa Raih Nilai UN 10!

Registrasi peserta Fantastic Spirit of UN 2013

Assalamualaikum wr wb...
Sahabat bintang seperti 2 tahun kemarin setiap bulan Maret Sejuta Motivasi Anak Negeri mempunyai agenda khusus untuk anak-anak Indonesia yaitu Fantastic Spirit of UN "Saya Bisa Raih Nilai UN 10!". Acara ini khusus untuk anak-anak yang duduk di kelas IX dan XII. Kami mengundang 7 panti dan 4 sekolah serta anak-anak berprestasi di bidang untuk mengikuti acara ini. Total 148 anak mengikuti acara Fantastic Spirit of UN Saya Bisa Raih Nilai UN 10. Setelah melakukan pendaftaran ulang peserta disambut oleh Kak Agung dengan yel-yel dan ice breaking untuk menggoyang para peserta. Lalu sambutan dari Project Leader Kak Andi Ali Sadikin.

Peserta FSUN 2013 memasuki ruangan 


Kak Agung menyambut para peserta FSUN 2013

Acara dilanjutkan dengan pemberian materi tentang psikologi dari Jurusan Psikologi UPI Bandung yang dipandu oleh Kak Amirah dan Kak Pacfi serta narasumber dari dosen Psikologi UPI  bapak Mif Bayhaqi sembari sesi tanya jawab dengan para peserta dilanjut oleh sesi 1 yaitu materi tentang kekuatan hebat manusia oleh Mbak Damayanti. Peserta langsung melakukan aktifitas mendobrak kekuatan mereka dengan aktifitas mematahkan pensil dan mengangkat tubuh.

Pembekalan Materi Psikologi oleh Mahasiswa Jurusan Psikologi UPI Bandung
Pembekalan Materi Psikologi oleh Dosen Psikologi UPI Bandung

Mbak Damayanti menyampaikan materi "Kekuatan Hebat Manusia"

Peserta membuktikan kekuatan hebat manusia dengan
mematahkan pensil menggunakan jari tangan.

Sesi selnjutnya yang tak kalah menarik adalah talkshow dengan orang-orang hebat yaitu Amel dan Resvi (peserta Fantastic Spirit of UN 2011 yang mendapatkan nilai 10), Mukminah (penerima Beasiswa Sejuta Motivasi), dan Syaiful dan Luki (penerima Beasiswa Pemimpin Bangsa dari Dompet Duafa) yang dilanjutkan dengan istirahat shalat dzuhur dan makan lalu dilanjutkan materi tentang teknik meraih nilai UN 10 yang disambung dengan sharing dream board dalam kelompok kecil.



Sesi outbound dan deklarasi menjadi sesi yang paling ramai karena peserta beraktifitas di luar ruangan pula. Pada saat deklarasi beberapa peserta begitu semangat menggelorakan target mereka bahwa mereka bisa raih nilai UN 10. Setelah doa dan penutupan peserta melakukan tos dan cap jari sebagai tanda bahwa mereka yakin akan impian mereka.