Social Icons

Oct 29, 2012

Kisah Orang Bijak

cerita motivasi


Ada seorang bijak terkenal, yang tinggal di sebuah gunung di Himalaya. Lelah hidup dengan orang-orang, ia memutuskan hidup sederhana dan menghabiskan sebagian besar waktunya bermeditasi.

Bagaimanapun, karena ia seorang bijak yang terkenal, membuat orang-orang bersedia untuk berjalan di setapak yang sempit, mendaki bukit terjal, berenang sungai – untuk menemui orang suci yang diyakini mampu mengatasi kesulitan hati manusia.

Orang bijak itu tak mengatakan apa-apa selain meminta mereka untuk duduk dan menunggu. Tiga hari berlalu, dan semakin banyak orang datang. Ketika tidak ada tempat lagi untuk orang lain yang akan datang, ia berbicara dengan orang-orang yang berada di luar pintu.

“Hari ini saya akan memberikan jawaban atas semua pertanyaan kalian. Tapi Kalian harus berjanji bahwa ketika masalah Kalian terpecahkan, Kalian tidak akan memberitahu para peziarah baru bahwa saya pindah ke sini – sehingga Anda dapat terus hidup dalam ketenangan dan kasih sayang. Sekarang katakan masalah Kalian”.

Seseorang mulai berbicara, tapi segera disela oleh orang lain, karena semua orang tahu bahwa ini adalah pertemuan yang terakhir dengan orang suci itu. Orang bijak membiarkan situasi tersebut sedikit lamat, sampai ia berteriak, “Diam! Tulis masalah kalian di atas kertas dan serahkan pada saya,” katanya.

Ketika semua orang selesai, orang bijak memasukkan semua kertas itu ke dalam keranjang, lalu berkata, “Edarkan keranjang ini di antara kalian semua. Anda masing-masing akan mengambil kertas, dan membacanya. Anda kemudian akan memilih apakah akan menyimpan masalah Anda, atau mengambil masalah di kertas yang diberikan kepada Anda. ”

Setiap orang mengambil selembar kertas, membacanya, dan bergidik. Mereka menyimpulkan bahwa apa yang mereka telah ditulis, seburuk apapun itu, tidak tidak lebih buruk dari apa yang dialami tetangganya. Dua jam kemudian, mereka bertukar kertas antara mereka sendiri, dan masing-masing harus menyimpan masalah-masalah pribadi mereka kembali ke dalam saku. Mereka lega karena penderitaan mereka tidak sesulit yang pernah mereka pikir selama ini.

Bersyukur atas pelajaran, mereka turun gunung dengan kepastian bahwa mereka lebih bahagia dari yang lainnya, dan – memenuhi janji yang dibuat – tidak pernah membiarkan siapa pun mengganggu ketenangan sang orang suci.