Apa yang terbayang dipikiranmu jika disebut kata “kotoran sapi”??? Week ada yang langsung mual, jijik, bauuu.. dan lain-lain yang menggambarkan gak enak, tapi siapa sangka ternyata kotoran sapi yang menurut kita menjijikan itu ternyata bisa menjadi sumber uang lho. Bahkan bisa menghasilkan bisnis dengan nominal milyaran serta mampu menjadi salah satu sumber devisa Negara, subhanallah memang terbukti ya semua ciptaan Allah SWT itu selalu bermanfaat.
Adalah pemuda kelahiran Medan, 5 November 1984 bernama Syammahfuz Chazali yang menjadi pencetus ide pemanfaatan ampas kotoran sapi untuk bahan campuran gerabah. Setelah mengumpulkan berbagai informasi tentang kemungkinan pengolahan kotoran sapi, melakukan penelitian sederhana Ia mendapati bahwa kotoran sapi memiliki tekstur lembut, mengandung banyak serat, dan silikat (sejenis bahan perekat) sebesar 9,6 %.
Bersama 4 orang temannya Fatmawati dan agus Dwi Nugroho dari Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, serta Wusono Bayu Pamungkas dan Irwan Nurcahyo dari Fakultas Peternakan, membentuk team yang bernama Faerumnesia. Nama ini berasal dari istilah peternakan yang berarti Kotoran dari lambung sapi Indonesia. Faerumnesia singkatan dari faeces = kotoran ato tinja, ruminant = perut sapi atau binatang memamah biak dan sia = kependekan Indonesia.
Sebelum digunakan sebagai bahan campuran tentunya kotoran sapi itu diolah terlebih dahulu utuk menghilangkan bau dan tidak menyebabkan gatal, yaitu dengan cara mencampur kotoran sapi tersebut dengan bioactivor atau biang kompos sehingga menghsilkan humat atau ekstrak kotoran. Proses pembuatan humat ini memerlukan waktu kurang lebih sebulan. Dan hasilnya luarr biasa tanah liat yang sudah dicampur humat menghasilkan gerabah yang kuat dan bobotnya menjadi lebih ringan 2kg. Sudah terbukti secara ilmiah dan sudah diuji Laboratorium. Di bakar pada suhu 90 derajat celcius keramik organik inipun tidak pecah berkat kandungan silikat yang terdapat dalam kotoran sapi yg sudah menjadi humat ini.
Dalam proses produksinya team Faerumnesia melibatkan banyak pihak, misalnya untuk bahan baku mereka bekerja sama dengan kelompok peternak sapi Bantul dan melibatkan kalangan perajin kasongan yang sudah terbiasa mendapat pesanan dalam jumlah yang besar. Sehingga pesanan 1000 buah dekomposter rumah tangga berupa guci dari Universitas Trisakti bisa terpenuhi. Selain itu beberapa tawaran bisnispun muncul dari India memesan batu bata, Brunei Darussalam memesan humat sebesar 60ton perhari guna bahan baku bahan bangunan semacam batako. Jangan ditanya omsetnya , milyaran cuy..Subhanallah.. kereen yaa.
Adalah pemuda kelahiran Medan, 5 November 1984 bernama Syammahfuz Chazali yang menjadi pencetus ide pemanfaatan ampas kotoran sapi untuk bahan campuran gerabah. Setelah mengumpulkan berbagai informasi tentang kemungkinan pengolahan kotoran sapi, melakukan penelitian sederhana Ia mendapati bahwa kotoran sapi memiliki tekstur lembut, mengandung banyak serat, dan silikat (sejenis bahan perekat) sebesar 9,6 %.
Bersama 4 orang temannya Fatmawati dan agus Dwi Nugroho dari Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, serta Wusono Bayu Pamungkas dan Irwan Nurcahyo dari Fakultas Peternakan, membentuk team yang bernama Faerumnesia. Nama ini berasal dari istilah peternakan yang berarti Kotoran dari lambung sapi Indonesia. Faerumnesia singkatan dari faeces = kotoran ato tinja, ruminant = perut sapi atau binatang memamah biak dan sia = kependekan Indonesia.
Sebelum digunakan sebagai bahan campuran tentunya kotoran sapi itu diolah terlebih dahulu utuk menghilangkan bau dan tidak menyebabkan gatal, yaitu dengan cara mencampur kotoran sapi tersebut dengan bioactivor atau biang kompos sehingga menghsilkan humat atau ekstrak kotoran. Proses pembuatan humat ini memerlukan waktu kurang lebih sebulan. Dan hasilnya luarr biasa tanah liat yang sudah dicampur humat menghasilkan gerabah yang kuat dan bobotnya menjadi lebih ringan 2kg. Sudah terbukti secara ilmiah dan sudah diuji Laboratorium. Di bakar pada suhu 90 derajat celcius keramik organik inipun tidak pecah berkat kandungan silikat yang terdapat dalam kotoran sapi yg sudah menjadi humat ini.
Dalam proses produksinya team Faerumnesia melibatkan banyak pihak, misalnya untuk bahan baku mereka bekerja sama dengan kelompok peternak sapi Bantul dan melibatkan kalangan perajin kasongan yang sudah terbiasa mendapat pesanan dalam jumlah yang besar. Sehingga pesanan 1000 buah dekomposter rumah tangga berupa guci dari Universitas Trisakti bisa terpenuhi. Selain itu beberapa tawaran bisnispun muncul dari India memesan batu bata, Brunei Darussalam memesan humat sebesar 60ton perhari guna bahan baku bahan bangunan semacam batako. Jangan ditanya omsetnya , milyaran cuy..Subhanallah.. kereen yaa.
Melihat peluangnya yang luar bisa, Team Ferumnesia mulai mengembangkan hasil bahan baku gerabah ke sektor lain misalnya untuk bahan baku genteng dan batu bata, dekomposter paling banyak peminatnnya terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga. Bentuknya semacam gentong tapi bisa dilukis semaunya sesuai selera. Selain itu dekomposter bisa juga djadikan untuk menampung sisa-sisa sayuran kemudian diberi cairan activator dalam waktu 1-2 minggu sudah bisa dijadikan pupuk. Luar biasa ya.. Sudah bagus ramah lingkungan pula (Y). Semangat lanjutkan Team Ferumnesia… Baca kisah lengkap & serunya perjuangan mereka dalam buku "Wirausaha Muda Mandiri" by Rhenald Kasali.
No comments:
Post a Comment