Sahabat Bintang... Masih seputar perjalanan saya berkeliling di salah satu toko buku terbesar di kota Bandung. Perhatian saya saya kali ini adalah sebuah buku menarik karangan Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra – sepasang suami istri hebat yang berkesempatan untuk menikmati perjalanan ke benua biru – Eropa.
Wow subhanallah... Siapa yang tidak ingin pergi ke sana ya... Bukan saja bagi para penggila sepakbola kemegahan stadion raksasa yang super mewah dengan berbagai jenis pertandingan hebat dari berbagai liga ingin ditonton namun juga banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah sampai bangunan-bangunan mewah yang menambah kemegahan benua biru ini. Dan ini yang coba disampaikan oleh penulis ini dengan sangat apik yang membuat saya ingin juga melihat langsung ke sana. Setelah Mekkah dan Madinah nampaknya Eropa harus saya tambahkan menjadi salah satu di dreamlist saya hehehehhe...
... bertemu Eropa dan Islam. Terlepas dari on and off relationship keduanya selama satu dekade terakhir ini, mereka sangatlah erat dan serasi di masa lalu. Eropa, sungguh, lebih dari sekadar Menara Eiffel, Colosseum Roma, atau Tembok Berlin.
Mengutip kata-kata George Santayana: ‘Those who don’t learn from history are doomed to repeat it.’ Barang siapa melupakan sejarah, dia pasti akan mengulanginya. Banyak di antara umat Islam kini yang tidak mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu.” (hlm. 4)
99 Cahaya di Langit Eropa adalah sebuah novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata mengenai perjalanan spiritual Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra, dalam mengulik sejarah Islam selama 3 tahun mereka menetap di bumi Eropa. Dalam buku ini, perjalanan mereka terbagi menjadi empat rute utama: Wina (Austria), Paris (Prancis), Cordoba dan Granada (Spanyol), serta Istanbul (Turki).
Petualangan mereka dimulai dari Rangga yang mendapat beasiswa untuk studi S3 di WU Vienna dan memboyong serta istrinya, Hanum, yang menyusul 4 bulan kemudian. Selanjutnya, Hanum bekerja untuk proyek video podcast Executive Academy di kampus suaminya. Di tengah-tengah kesibukannya mengerjakan projek tersebut, Hanum pun mengikuti kursus bahasa Jerman. Dan di tempat itulah ia menjalin persahabatan dengan Fatma Pasha, seorang Muslimah asal Turki.
Melalui penuturan Fatma, kita pun paham bahwa menjadi seorang Muslim di negara yang umat Islamnya menjadi minoritas bukanlah hal mudah. Fatma berkali-kali ditolak bekerja di berbagai perusahaan karena ia berhijab. Belum lagi kesulitan menemukan ruang ibadah di tempat umum. Meskipun demikian, Fatma telah bertekad untuk menjadi agen Muslim yang baik di tempatnya berada. Seperti ketika sekelompok turis asing mengolok-olok Turki dengan croissant, yang merupakan roti untuk merayakan kalahnya Turki di Wina, ia justru membayari makan turis tersebut dan mengajaknya berteman supaya ia dapat belajar bahasa Inggris darinya.
Bersama tiga kawannya: Latife, Ezra, dan Oznur, Fatma menetapkan tiga poin penting dalam syiar Islamnya di Austria: tebarkan senyum indahmu, kuasai bahasa Jerman dan Prancis, serta jujur dalam berdagang. Terbukti, salah satu kawannya jatuh cinta pada Islam karekna mengenal keramahan dan senyum Latife, hingga kemudian ia menjadi mualaf. Subhanallah.... jadi langsung dech lihat cermin melihat apakah senyumku sudah indah (hehehe sambil senyum – senyum sendiri tea)
Buku ini ditulis dengan bahasa yang begitu lancar mengalir dan mudah dipahami. Meskipun ditulis dengan gaya novel, tetap tak mengurangi esensinya sebagai buku yang sarat akan ilmu dan pengetahuan agama. Akhir kata, 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan bacaan yang layak bagi mereka yang ingin memelajari sejarah Islam dengan mudah.
Ayooo... Sahabat Bintang kalau kita yakin bahwa Allah akan kabulkan semua do’a da pinta kita pastilah semuanya akan terwujud dengan sangat sempurna tanpa kita kita tahu bagaimana caranya. Masih ingat materi 3B kaan...
B1 Bercita – Cita Kuat,
B2 Berusaha Sungguh – Sungguh, dan
B3 Berbagi Sebanyak – banyaknya.
Oia, satu lagi Bermimpilah setinggi – tingginya dan sebanyak – banyaknya jangan pernah takut jatuh karena kalau pun jatuh kita masih akan jatuh ke urutan mimpi kita yang lainnya.
Hani Annisa Fitrianty – Divisi Produk dan Sumber Daya Manusia
No comments:
Post a Comment