Social Icons

Nov 20, 2012

Cerita Motivasi: Motivasi dari Puncak Gunung

Motivasi biasanya didengungkan dan dipelajari di berbagai training-training motivasi. Namun sejatinya motivasi lekat dalam setiap kejadian hidup yang kita jalani. Tidak harus selalu mengikuti training motivasi baru kita mendapatkan motivasi. Dari perjalanan perjalanan yang kita lakukan pun kita bisa dapatkan banyak motivasi.

Beberapa hari yang lalu saya menghabiskan waktu untuk pergi ke gunung Tangkuban Perahu Bandung. Sebuah gunung yang terkenal keunikannya karena bentuknya yang berbeda dengan gunung – gunung lainnya. Seharusnya bentuk gunung adalah gundukan tanah yang semakin tinggi di puncaknya. Tapi lain dengan gunung yang satu ini. Justru bagian atasnya berbentuk cekungan besar berisi belerang. Justru keunikan inilah yang menjadi daya tarik pengunjung yang datang kesana. Tercatat tidak hanya wisatawan domestic tapi wisatawan dari luar negeri pun tak kalah banyaknya. Seperti ini kurang lebih cantiknya pemandangan gunung ini:

Gunung Tangkuban Perahu terbagi ke dalam beberapa area. Rata – rata pengungung hanya mendatangi bagian kawah/cekungan terbesar saja dari gunung ini. Alat transportasi tersedia dengan sangat mudah untuk akses menuju bagian atas gunung tangkuban perahu ini. Mereka berfoto sebentar, menikmati jajajan yang ada di sekeliling tempat object wisata ini sambil belanja beberapa oleh oleh. Tak salah memang namun ada orang – orang yang justru melakukan aktivitas yang sangat berbeda ktika di gunung ini. Mereka menjadikan gunung sebagai sumber inspirasi kehidupan mereka. Lalu apa yang kita bisa dapatkan dari gunung ini sebagai sumber motivasi hidup kita.

motivasi dari gunungSaya jadi teringat kedalam buku catatan lama saya tentang 3 tipe manusia yang menentukan kemampuannya meraih puncak kesuksesannya. Ibarat kehidupan itu berbentuk seperti gunung maka kesuksesan itu berada di puncak gunungnya. Ada 3 manusia dalam proses meraih puncak kesuksesannya. Tiga tipe manusia yakni : tipe 1 yakni mereka yang memilih untuk tidak “naik gunung”. Mereka memilih untuk berhenti dibawah saja, mereka membangun rumah di kaki gunung dan tidak lagi memiliki keinginan untuk melihat apa yang ada di puncak gunung. Mereka merasa cukup dengan hanya berada di zona kaki gunung ini. Lain lagi dengan tipe kedua. Tipe kedua adalah mereka yang memutuskan untuk naik gunung namun setelah sampai di titik tertentu mereka merasa cukup dan tidak melanjutkan pendakian. Ini adalah perumpamaan untuk orang – orang yang dalam perjuangan hidupnya ia akhirnya mencapai beberapa prestasi dalam hidup namun ia merasa cukup. Mereka mereka yang berada di zona nyamannya.

Tipe ketiga adalah mereka yang memutuskan untuk tidak berhenti sampai mereka benar benar mencapai puncak gunung. Mereka yang tidak mau dikalahkan oleh keletihannya saat pendakian. Mereka sadar bahwa dalam kenyamanan maka sejatinya tidak ada pertumbuhan mereka. Mereka pun sangat zadar bahwa kalo mereka memilih untuk selalu tumbuh dalam hidup mereka maka mereka akan sangat siap untuk merasakan ketidaknyamanan. Di puncak inilah mereka baru akan benar benar beristirahat dan menikmati keindahan hidup yang sesungguhnya. Pertanyaan saya sekarang adalah kita termasuk yang mana?? Tipe satu, dua atau tiga? Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa puncak yang sebenarnya kita tuju dalam hidup. Jangan jangan yang kita anggap puncak sebenarnya belumlah puncak. Yang kita anggap prestasi tertinggi bisa jadi tak berarti apapun karena kita salah memotret puncak gunung “kehidupan” yang sejati. Selamat mendaki dan “menaklukkan puncakmu dengan motivasi terbaikmu.



Salam Sejuta Motivasi


Damayanti 
Direktur AHa Self Inspiration Center

No comments:

Post a Comment