Social Icons

Sep 8, 2012

Kenapa Sukses ? Kenapa Gagal...??

“Setiap hari, kurangi segala sesuatu yang tidak Anda inginkan dan tingkatkan segala sesuatu yang Anda inginkan. Lakukan selalu aktivitas ini hingga sesuatu yang tidak Anda inginkan tidak ada lagi dan sesuatu yang Anda inginkan semakin meningkat.”____ Dr. Ibrahim Elfiky




Sukses dan gagal seperti dua sisi mata uang logam, sisi satu adalah gambar burung, sisi lain adalah gambar angka. Jika kita melempar mata uang, maka kemungkinan sukses sisi depan gambar burung muncul sama dengan kemungkinan munculnya sisi belakang gambar angka.

Artinya kita bisa sukses dan juga bisa gagal. Namun, kenapa ada orang yang sukses semakin sukses, sebaliknya orang yang gagal semakin terpuruk.

Itu lebih banyak disebabkan oleh prosesnya dalam berpikir, apakah sudah selaras dengan hukum pikiran itu sendiri dalam hal ini hukum pengedalian pikiran.

Orang yang sukses secara sadar atau tidak, pikirannya didominasi oleh pikiran kesuksesan sedangkan orang yang gagal dan terpuruk disebabkan pikirannya secara sadar atau tidak, didominasi oleh pikiran kegagalan, sebagaimana salah satu ungkapan yang menyatakan,” You are What you think.”

Orang-orang sukses yang selalu ada dalam benak pikirannya adalah apa yang diinginkannya dan bagaimana cara memperolehnya sehingga yang timbul pertanyaan-pertanyaan “How,how & how dengan demikian otak bekerja sehingga otaknya terasah, sedangkan orang-orang yang gagal yang ada dalam pikirannya adalah pernyataan-pernyataan tentang apa yang tidak diinginkannya dan siapa yang dapat disalahkan atas masalah dan kesulitan yang dihadapinya sehingga otaknya tidak bekerja dengan demikian otaknya tidak terasah.

Apapun yang terjadi di dalam kehidupan Anda merupakan realisasi dari pikiran Anda yang paling dominan. Oleh sebab itu hati-hatilah dengan pikiran Anda. Semakin Anda memikirkan hal yang tidak Anda inginkan, maka kecenderungannya Anda akan semakin mendapatkannya.

Apakah hukum pengendalian pikiran itu? Menurut Adi W Gunawan dalam sebuah artikelnya,” Hukum pengendalian pikiran yang pertama berbunyi: Buat pikiran Anda memikirkan apa yang Anda ingin pikirkan. Hukum pengendalian pikiran yang kedua berbunyi: Buat pikiran Anda berpikir saat Anda menginginkannya berpikir dan berhenti berpikir saat Anda menginginkannya berhenti. Hukum pengendalian pikiran yang ketiga berbunyi:Menjadi pengamat dari pikiran yang anda pikirkan.”

Sebagai contoh, Ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kereta api yang tanpa sengaja terkurung dalam sebuah Lemari Es raksasa di sebuah kereta. Karena semua karyawan perusahaan sudah pulang, sehingga tidak ada satupun yang mendengar teriakan dan ketukannya.

Menyadari tidak ada yang bisa menolongnya selama dua hari karena kejadiannya terjadi menjelang akhir pekan. Sang karyawan tersebut membuat surat wasiat karena Ia berpikir bahwa Ia akan mati kedinginan pada suhu 0 (nol) F dan tidak dapat bernafas karena kehabisan oksigen selama dua hari terkurung didalamnya.

Pada senin pagi, karyawan perusahaan mulai berdatangan masuk kerja. Alangkah terkejutnya ketika salah seorang karyawan membuka dan melihat salah satu rekannya terkulai di atas lantai lemari es raksasa itu dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi.

Ketika dilakukan pemeriksaan ternyata Lemari es raksasa itu tidak sedang dinyalakan dan memiliki oksigen yang cukup. Sangat mengherankan lagi, suhu di dalam lemari es rakasasa itu seperti biasanya sekitar 61 F, namun di luar dugaan karyawan itu mati kedinginan.

Demikian kuatnya pikirannya didominasi oleh pikirannya sendiri akan kematian.

Contoh lainnya, seorang teman menyarankan kepada salah seorang temannya sebut saja namanya Febri supaya tidak mengambil salah satu rumah No 31 yang berada dekat gudang, karena di rumah itu ada hantunya.

Sejak saat itu, Febri selalu terpikir ke rumah yang berhantu tersebut dan tidak ingin menempati rumah itu. Ini tidak sesuai dengan hukum pengendalian pikiran yang pertama, yaitu Febri berpikir apa yang tidak Ia ingin pikirkan. Sehingga pikirannya didominasi oleh pikiran yang tidak Ia inginkan.

Keesokan harinya pada saat mengambil undian penempatan rumah, ternyata nomor yang diambil oleh Febri adalah undian Rumah No 31, padahal jumlah nomor undiannya kurang dari setengahnya. Kejadian nyata itu menggambarkan pikiran Febri didominasi oleh apa yang tidak di inginkannya untuk menempati rumah nomor 31 tersebut.

Banyak contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari yang tanpa disadari terjadi, seperti cerita berikut ini: Dodi (bukan nama sebenarnya) anak perantauan dari Jawa yang bekerja pada sebuah perusahaan swasta asing di Sumatera berbicara dengan teman-teman asramanya ia bersumpah tidak mau kawin dengan penduduk setempat. Namun pada kenyataannya setelah sekian tahun bekerja ia memperisteri gadis setempat.

Demikian juga orang yang gagal, secara tidak langsung mereka selalu berkata, “Saya tidak ingin hidup kekurangan, tidak ingin miskin, tidak ingin susah, tidak ingin menderita, tidak ini…., tidak itu…..” Yang mereka ucapkan selalu apa yang tidak mereka inginkan terjadi pada diri mereka.

Namun yang tidak mereka sadari adalah semakin mereka fokus untuk menghidari apa yang tidak mereka inginkan, maka pikiran mereka akan semakin membuat hal itu menjadi kenyataan.

Sebaliknya orang yang sukses selalu mengatakan, “Saya ingin menjadi pengusaha sukses, saya ingin menjadi Insinyur sukses, saya ingin menjadi artis yang sukses, saya ingin mendirikan panti asuhan, saya ingin menyekolahkan anak ke luar negeri dst…..” Semua jawaban itu selalu yang bersifat positip. Fokus pada apa yang diinginkannya.

Anda mungkin akan bertanya, “mengapa terjadi perbedaan hasil antara orang gagal dan orang sukses, padahal mereka memikirkan tujuan yang sama?” Mereka memang terkesan memikirkan hal yang sama, padahal tidak sama.

Bukankah tidak mau hidup miskin sama dengan hidup dalam kelimpahan? Bukankah hidup tidak menderita sama dengan hidup senang atau bahagia? Secara bahasa, apa yang mereka nyatakan memang artinya sama. Tapi secara kerja pikiran, kedua pernyataan itu sangat berbeda dan bertolak belakang.

Sebagai contoh coba lakukan yang berikut ini,” Anda diminta untuk tidak memikirkan seekor gajah yang sedang berada di depan Anda berwarna merah!” Sekali lagi, Anda diminta untuk tidak memikirkan seekor gajah yang berada di depan Anda berwarna merah. Bila anda melakukan dengan benar apa yang di minta dapat dipastikan yang pertama kali timbul dalam pikiran Anda adalah seekor gajah yang berada di depan Anda berwarna merah..

Mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah perintahnya Anda diminta untuk tidak memikirkan gajah berwarna merah? Inilah perbedaan kerja bahasa dan kerja pikiran. Secara struktur kalimat, instruksi yang saya berikan sudah benar. Namun tidak demikian bila instruksi ini mau dilaksanakan oleh pikiran. Bahasa mengenal negasi [penyangkalan/peniadaan] sedangkan Pikiran tidak.

Kalimat “tidak memikirkan” secara kaidah bahasa memang berarti ” tidak boleh memikirkan atau jangan memikirkan”. Namun di pikiran, untuk bisa menegasi suatu pernyataan maka yang terjadi adalah harus terlebih dahulu muncul “sesuatu” untuk kemudian dinegasi.

Dalam contoh seperti tersebut diatas, untuk bisa “tidak memikirkan gajah berwarnamerah”, maka yang terjadi di pikiran adalah:
  1. Pikiran harus memunculkan gambar gajah berwarna merah terlebih dahulu
  2. Baru setelah itu pikiran akan menegasi gajah berwarna merah

Namun, begitu gambar gajah merah telah muncul di pikiran maka efek negasi [penyangkalan/peniadaan] tidak berlaku. Artinya, gambar gajah berwarna merah itu akan tetap berada di dalam pikiran. Semakin dominan pikiran itu maka semakin kuat pengaruhnya pada diri seseorang. Hal ini juga sering di jumpai ketika orang tua menasehati kedua anaknya yang suka berantem dengan mengatakan, “Eh, kalau main jangan suka berantem ya!

Maksudnya mengingatkan anaknya supaya tidak berantem, namun kata-kata yang diucapkan, “Jangan suka berantem” mempunyai dampak sebaliknya, karena kata ‘jangan’ akan dihapus oleh otak tanpa sadar.

Kesimpulan :
Apapun yang terjadi dalam kehidupan Anda merupakan realisasi dari pikiran Anda yang paling dominan. Semakin tinggi intensitas Anda memikirkan hal yang tidak Anda inginkan baik disadari atau tidak maka semakin tinggi pikiran Anda didominasi oleh hal yang tidak Anda inginkan dan semakin besar pula kecenderungannya akan datang dalam kehidupan Anda.

Apabila Anda menyadari bahwa Anda berpikir apa yang tidak Anda ingin pikirkan, segera hentikan, agar pikiran Anda tidak didominasi oleh apa yang tidak Anda ingin pikirkan.

Sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/15/kenapa-sukses-kenapa-gagal/

No comments:

Post a Comment