Sosok guru adalah edukator (pendidik) yang membantu mengajarkan kita mengenal angka, huruf, membaca, menulis, berhitung, bernyanyi, dll. Tak terhitung banyaknya peran guru sehingga kita bisa menjadi kita yang sekarang. Begitu besarnya jasa guru melekat dibenak kita sehingga kebanyakan kita sewaktu kecil kalau ditanya cita-citanya menjadi apa kalau sudah besar nanti, sebagian menjawab ingin menjadi guru.
Tak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan siswa tidak lepas dari pendidikan yang diberikan oleh guru. Permasalahannya adalah tidak semua guru mempunyai pola atau cara mendidik anak yang sama.
Salah satu pola atau metode pendidikan untuk anak yang telah Rasulullah saw ajarkan adalah mendidik dengan hati. Metode pendidikan Rasulullah SAW ini, mendidik tidak hanya sekedar memberi tahu (knowing), namun juga membentuk pola pikir, mempraktekkan, dan melatihnya menjadi sebuah kebiasaaan.
Contoh kecil misalnya cara membiasakan anak untuk menjaga kebersihan lingkungan. Dalam hal ini tidak hanya sekedar memberi tahu kalau sampah harus dibuang pada tempanya, namun juga melalui praktek langsung dan melatih kebiasaan baik anak sehingga pola hidup bersih bisa menjadi habit mereka.
Salah satu pola atau metode pendidikan untuk anak yang telah Rasulullah saw ajarkan adalah mendidik dengan hati. Metode pendidikan Rasulullah SAW ini, mendidik tidak hanya sekedar memberi tahu (knowing), namun juga membentuk pola pikir, mempraktekkan, dan melatihnya menjadi sebuah kebiasaaan.
Contoh kecil misalnya cara membiasakan anak untuk menjaga kebersihan lingkungan. Dalam hal ini tidak hanya sekedar memberi tahu kalau sampah harus dibuang pada tempanya, namun juga melalui praktek langsung dan melatih kebiasaan baik anak sehingga pola hidup bersih bisa menjadi habit mereka.
Metode pendidikan Rasulullah Mendidik Dengan Hati juga mempunyai makna lain. Seperti disampaikan Dr. Ir. Bob Foster, M.M. dalam seminar Guru di Braga beberapa waktu lalu, HATI adalah kepanjangan dari H (Hukuman) A (aturan), T (Teladan), I (Imbalan).
1. Hukuman/ Disiplin
Jika siswa melakukan pelanggaran, maka untuk kedisiplinan bisa diterapkan hukuman, namun dengan catatan siswa yang bersangkutan menyadari akan kesalahannya dan mau berubah. Hukuman harus bersifat adil untuk seluruh siswa, dan semua guru kompak dalam menjalankan aturan hukuman.
2. Aturan
Dalam proses KBM,
perlu disepakati beberapa peraturan agar KBM bisa
berjalan tertib. Aturan dibuat dengan sederhana, tidak rumit dan
bahasannya mudah dipahami oleh siswa. Aturan ini beisi mengenai batasan norma, etika
dan sopan santun, dan yang pasti aturan ini harus konsisten untuk
dijalankan.
3. Teladan
Seorang
anak (siswa) cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tua tau
gurunya. Dalam hal ini berarti perlu bekerjasma antara guru maupun orang
tua untuk mempraktekkan bersama-sama nilai-nilai yang diterapkan di
sekolah. Karena tindakan nyata lebih mudah untuk dipraktekkan bersama
dari pada hanya sekedar melarang ini dan itu “action talks louder than
words”.
4. Imbalan
Jika siswa bekerjasama dengan baik dalam menjalankan aturan, jangan segan untuk menghargai mereka dengan memberikan imbalan. Imbalan disini tidak harus melulu berupa benda. Misalnya dengan memberikan pujian. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang dan salah satu cara untuk membentuk konsep diri yang positif bagi siswa. Mengucapkan terimakasih karena berani mengajukan pertanyaan, atau menjelaskan materi juga salah satu pemberian penghargaan yag sangat berarti bagi siswa.
Semangat menjadi edukator penuh cinta yang mendidik dengan hati, yang tidak hanya berbagi ilmu untuk pengetahuan, tetapi juga berbagi pengalaman yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment